Pisang bisa
disebutkan sebagai buah kehidupan. Kandungan kalium yang cukup banyak terdapat
dalam buah ini mampu menurunkan tekanan darah, menjaga kesehatan jantung, dan
memperlancar pengiriman oksigen ke otak. Pisang telah lama akrab dengan
masyarakat Indonesia, terbukti dari seringnya pohon pisang digunakan sebagai
perlambang dalam berbagai upacara adat. Pohon pisang selalu melakukan
regenerasi sebelum berbuah dan mati, yaitu melalui tunas-tunas yang tumbuh pada
bonggolnya. Dengan cara itulah pohon pisang mempertahankan eksistensinya untuk
memberikan manfaatkan kepada manusia. Filosofi tersebutlah yang mendasari
penggunaan pohon pisang sebagai simbol niat luhur pada upacara pernikahan.
Iklim tropis yang sesuai serta kondisi tanah yang banyak
mengandung humus memungkinkan tanaman pisang tersebar luas di Indonesia. Saat
ini, hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah penghasil pisang.
Pisang mempunyai banyak manfaat yaitu dari mulai mengatasi
masalah kecanduan rokok sampai untuk masalah kecantikan seperti masker wajah,
mengatasi rambut yang rusak dan menghaluskan tangan.
Selain buahnya pisang jarang dimanfaatkan, seperti batang,
bonggol, kulit dan jantungnya. Tetapi seiring dengan bertambahnya ilmu
pengetahuan dan teknologi maka banyak yang bisa dimanfaatkan dari limbah-limbah
yang jarang dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga akan meningkatkan kualitas
dari limbah tersebut dan menambah nilai ekonomi dari limbah tersebut.
Reuse
Contoh penanganan limbah pisang dengan cara guna ulang
(Reuse) ialah
a. Kulit Pisang Ambon Bisa Digunakan Untuk Pengobatan. `
Pisang ambon sangat bermanfaat bagi tubuh kita. Selain
mengandung vitamin C, pisang ambon juga mengandung serat tinggi yang berfungsi
melancarkan saluran pencernaaan, sehingga buang air besar pun jadi lancar.
Ternyata, selain buahnya, kulit pisang ambon pun berguna untuk mengobati
bercak-bercak hitam agak kasar ( misalnya bekas cacar) pada kulit. Caranya,
gosokkan kulit pisang ambon bagian dalam pada kulit yang terdapat bekas cacar. Biarkan
beberapa saat, setelah itu cuci dengan air hangat. Lakukan cara ini secara
rutin dan penuh kesabaran. Hasilnya, kulit akan kembali mulus seperti sediakala
b. Bonggol pisang untuk obat dan makanan
Air bonggol pisang kepok dan klutuk juga diketahui dapat
dijadikan obat untuk menyembuhkan penyakit disentri, pendarahan usus, obat
kumur serta untuk memperbaiki pertumbuhan dan menghitamkan rambut. Sedangkan
untuk makanan, bonggol pisang dapat diolah menjadi penganan, seperti urap dan
lalapan
c. Batang Pisang yang dijadikan pakan ternak
Batang pisang yang tidak dipakai biasanya langsung dibuang
atau untuk menahan laju air tapi selain itu batang pisang juga bisa digunakan
untuk pakan ternak karena kandungan yang terkandung di dalam batang pisang
dapat meningkatkan gizi pada ternak tersebut sehingga akan meningkatkan
kualitas dari ternak tersebut
Recycle
Contoh penanganan limbah pisang dengan cara daur ulang
(recycle) ialah
a. Cuka Kulit Pisang
Mula-mula kumpulkan kulit pisang sebanyak 100 kg dan lakukan
proses produksi selama 4-5 minggu. Kebutuhan bahan-bahan lain mencakup: 20 kg
gula pasir, 120 gr ammonium sulfit (NH4)2S03, 0,5 kg ragi roti (Saccharomyces
cerevisiae) dan 25 liter induk cuka (Acetobacter aceti).
Cara rnembuatnya, kulit pisang dipotong-potong atau dicacah,
lalu direbus dengan air sebanyak 150 liter. Saring dengan kain dalam stoples.
Berdasarkan uji lapangan, bahan awal kulit pisang yang direbus itu akan
menghasilkan cairan kulit pisang kira-kira 135 liter, bagian yang hilang 7,5
kg, dan sisa bahan padat sekitar 112,5 kg. Setelah disaring ke stoples, cairan
kulit pisang ini perlu ditambah ammonium sulfit dan gula pasir.
Langkah berikut, didinginkan dan tambahkan ragi roti.
Biarkan fermentasi berlangsung satu minggu. Hasilnya disaring lagi. Dari 135
liter cairan kulit pisang setelah difermentasi dan disaring menjadi 130 liter
larutan beralkohol, dan lima liter produk yang tidak terpakai. Pada larutan
beralkohol itu ditambahkan induk cuka, dan biarkan fermentasi berlangsung
selama tiga minggu.
Selanjutnya, hasil fermentasi larutan beralkohol dididihkan.
Nah, dalam kondisi masih panas, cuka pisang dimasukkan ke dalam botol plastik.
Lalu segera ditutup dan disimpan dalam temperatur kamar. Biasanya pemasaran
cuka pisang dikemas dalam plastik berukuran 40 ml, 60 ml, atau 80 ml. Jika
dihitung, dari 100 kg kulit pisang akan diperoleh sekitar 120 liter cuka
pisang.
b. Nata dari Kulit Pisang
Potensi buah-buahan lokal Nusantara untuk dikembangkan
sebagai bahan makanan sudah terbukti. Salah satu buah tersebut yakni pisang.
Buah ini selain bisa dimakan saat segar juga bisa dibuat berbagai jenis
makanan, seperti ceriping, dan sale.
Sebuah penelitian terhadap buah pisang dilakukan tiga dosen
Universitas Negeri Yogyakarta. Sekali lagi untuk menjadikan pisang sebagai produk
olahan yang disukai masyarakat dengan tetap memiliki kandungan gizi.
Yang menarik, penelitian yang dilakukan Das Salirawati MSi,
Eddy Sulistyowati Apt MS, dan Retno Arianingrum MSi yang semuanya adalah dosen
Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam adalah
bukan dilakukan pada buahnya, tetapi pada kulitnya. Penelitian ini sukses
menjadikan kulit pisang-yang selama ini lebih banyak dibuang-menjadi nata.
Nata adalah serat yang berbentuk seperti gel yang dibuat
dengan memanfaatkan kerja bakteri Acetobacter xylinum. “Selama ini masyarakat
telah mengenal produk nata de coco atau nata yang dibuat dari air kelapa. Nata
dari kulit pisang sebenarnya sama dengan nata de coco, bedanya nata pisang
dibuat dari bahan dasar kulit pisang,” katanya, Rabu (8/3).
Ide membuat nata dari kulit pisang, karena terinspirasi dari
penelitian sebelumnya yang bisa membuat nata dari buah pisang. “Kenapa kemudian
memilih kulit pisang karena selama ini kulit pisang tidak termanfaatkan dan
hanya dibuang begitu saja. Padahal kulit pisang ini banyak ditemui di sekitar
kita, antara lain di tempat-tempat orang jual gorengan,” ucapnya.
Proses pembuatan nata kulit pisang yang pertama adalah
mengerok kulit bagian dalam buah pisang. Hasil kerokan itu kemudian diblender
dan dicampur air bersih dengan perbandingan 1 : 2, lalu disaring guna
mendapatkan air perasan. Setelah itu ditambahkan asam cuka biasa dengan ukuran
4-5 persen dari volume air perasan. Jika menggunakan asam cuka absolut maka
cukup 0,8 persen. Ditambahkan juga pupuk ZA sebanyak 0,8 persen dari larutan,
dan gula pasir sebanyak 10 persen. Bahan-bahan tersebut dicampurkan untuk
kemudian dipanaskan sampai mendidih.
“Asam cuka dan pupuk ZA berfungsi untuk media hidup bagi
bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri ini membutuhkan nitrogen dari pupuk ZA dan
keasaman dari cuka. Acetobacter xylinum inilah yang nanti akan membentuk nata,”
ujar Das.
Setelah mendidih lalu dituangkan dalam cetakan-cetakan.
Dengan ketinggian cairan adonan lebih kurang 2-3 cm di setiap cetakan. Setelah
dingin, dimasukkan bakteri Acetobacter xylinum-yang bisa dibeli dalam bentuk
cairan-sebanyak 10 persen dari campuran. Sebelum memasukkan bakteri, adonan
harus benar-benar dingin, sebab kalau masih panas bakteri akan mati. Setelah
itu, cetakan ditutup dengan kertas koran. Ini supaya udara tetap bisa masuk
melalui pori-pori kertas. Setelah dua minggu, cetakan baru boleh dibuka. Adonan
pun akan berubah menjadi berbentuk gel.
Nata lalu diiris-iris, dicuci, dan diperas sampai kering.
Untuk selanjutnya direbus lagi dengan air lebih kurang dua kali rebusan. Ini
berfungsi untuk menghilangkan aroma asam cuka. Setelah selesai, nata bisa
dicampur dengan sirop atau gula sesuai selera. Campuran rasa diperlukan karena
nata berasa tawar. Nata dari kulit pisang pun siap disajikan untuk minuman,
maupun makanan kecil lain. Diketahui dari 100 gram nata kulit pisang mengandung
protein sebanyak 12 mg. Das Salirawati mengungkapkan, penelitian itu akan
dilanjutkan untuk mencari ketebalan nata yang paling optimal. Dari percobaan
awal, diketahui dari ketebalan cairan adonan dua cm diperoleh nata lebih kurang
1,5 cm. Masyarakat dipersilakan jika ingin mencoba membuat nata dari kulit
pisang. “Ini bisa untuk usaha alternatif skala kecil,” tuturnya. (RWN)
c. Roti dari Kulit Pisang
Kulit pisang
kerap dibuang begitu saja di sembarang tempat. Jika dibuang sembarangan, kulit
pisang bisa membuat orang tergelincir. Namun, tiga mahasiswa Biologi ITS, tak
pernah menganggap remeh kulit pisang. Karena setelah diteliti terbukti kulit pisang
memang tak bisa dianggap barang remeh.
“Kulit pisang yang sering dianggap barang tak berharga itu,
ternyata memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan juga lemak yang
cukup,” kata Sulfahri, salah satu dari 3 peneliti itu. Melihat kandungannya
yang cukup tinggi, ia bersama dua rekan mencoba membuat penganan dari bahan
kulit pisang itu.
“Semula, kami hanya memproduksi keripik kulit pisang, namun
lama-kelamaan timbul ide untuk membuat tepung dari kulit pisang,” katanya.
Mahasiswa angkatan 2007 itu mengatakan tepung pisang itu akhirnya digunakan
sebagai bahan baku kue bolu. Meski berkali-kali gagal, namun akhirnya mereka
menemukan formula yang pas untuk membuat bolu dari kulit pisang.
“Kalau dihitung lebih dari 50 kali, namun kami sekarang sudah
puas dengan resep bolu yang kami miliki,” katanya. Kulit pisang yang cocok
dibuat tepung adalah jenis pisang raja, karena kulit pisang raja lebih tebal
dibandingkan jenis pisang lainnya.
Karya Sulfahri dan dua rekannya itu merupakan salah satu
karya inovatif yang terpilih dalam penyaringan untuk “Biological Opus Fair”
yang digelar di Plaza dr Angka ITS Surabaya pada 17 dan 18 April 2008.
Delapan produk inovatif yang dipamerkan adalah karya
bertajuk “Pemanfaatan Kulit Buah Pisang Raja (Musa paradisiaca sapientum)
sebagai Bahan Dasar Pembuatan Kue Bolu” (karya Sulfahri dari Jurusan Biologi
ITS Surabaya), dan “Water Electric Light Trap (WEL-T) sebagai Pengganti
Pestisida dalam Upaya Peningatan Produksi Pangan yang Ramah Lingkungan” (karya
Resti Afiandinie dari Jurusan Teknik Kimia ITS).
Karya lain adalah “Pendayagunaan Talok (Muntingia calabura
Linn) sebagai Salah Satu Sumber Alternatif Baru dalam Dunia Pangan” (Fitri
Linda Sari dari Universitas Muhammadiyah Malang), kemudian “Potensi Suweg
(Amorphophallus campanulatus Bl.) sebagai Alternatif Bahan Pangan (Upaya
Menggali Potensi Pangan Lokal)” (Riana Dyah Suryaningrum dari Universitas
Muhammadiyah Malang).
Disamping itu terdapat karya lain, seperti “Konversi Limbah
Padat Menjadi Produk Ramah Lingkungan” (Sulistiono Ningsih dari Jurusan Biologi
di Universitas Jember), “Pemanfaatan Mikroalga (Fitoplankton) sebagai Subtitusi
Sumber Bahan Bakar Premium” (Abdul Azis Jaziri dari Jurusan Perikanan di
Universitas Brawijaya Malang), “Diversifikasi Dioscorea Flour sebagai Sumber
Alternatif Pangan” (Zainal Arifin dari Jurusan Biologi ITS Surabaya), kemudian
“Pemanfaatan buah dan daun cersen/talok sebagai keripik dan dodol” (Ria Hayati
dari Jurusan Biologi ITS Surabaya).
Tak berbeda dengan Sulfahri, Zaenal Arifin juga mencoba
membuat diversifikasi pangan dari bahan umbi uwi. “Umbi yang bernama latin
dioscorea alata itu ternyata dapat menjadi bahan pangan yang aman bagi
penderita diabetes. Kadar gula uwi itu rendah, tapi karbohidratnya tinggi,”
kata mahasiswa jurusan Biologi ITS itu.
Pengolahan uwi menjadi tepung itu pun tidak memerlukan
proses yang rumit, bahkan cukup menggunakan metode tradisional.”Saya buat dari
dua macam uwi, uwi putih dan juga uwi ungu yang sama-sama berkadar gula rendah.
Uwi diparut kasar, kemudian direndam dengan air kapur untuk memisahkan parutan
dengan getahnya. Air getah uwi itu bisa untuk pestisida yang ramah lingkungan,”
ucapnya.
Parutan yang sudah dikeringkan, katanya, dapat langsung
diolah menjadi tepung. “Tepung dari uwi ini dapat digunakan sebagai bahan baku
berbagai macam penganan, seperti kue dan mie. Rasa tepungnya sendiri tawar,
jadi gampang divariasikan,” katanya.
d. Dendeng Jantung Pisang
Tanaman pisang tumbuh baik dan dibudidayakan di seluruh
wilayah Indonesia. Jenis pohon mudah ditanam dan hampir setiap rumah di
pedesaan memiliki pohon pisang ini.
Setiap petani dapat dipastikan menanam pisang, meskipun di
antaranya hanya menanam pisang pada pekarangan.
Tak ada ruginya menanam pohon ini. Apalagi, seluruh bagian
dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga mulai dari
daun, buah, sampai bonggol pohonnya.
Buah dan bagian tanaman pisang pun bisa diolah menjadi
berbagai macam jenis makanan olahan. Salah satu makanan olahan dari bagian
tanaman pisang adalah dendeng jantung pisang.
Untuk membuat dendeng jantung pisang perlu disiapkan
sejumlah bahan, meliputi empat buah jantung pisang, satu sendok makan ketumbar,
50 gr ikan teri, 10 siung bawang merah, dan empat siung bawang putih. Sedangkan
kebutuhan peralatan terdiri atas pisau, kukusan, penumbuk, dan tampah.
Cara membuatnya, ambil jantung pisang yang masih segar.
Buang kelopak bagian luar hingga tampak kelopak dalamnya berwarna putih
kemerah-merahan. Jantung pisang tersebut direbus sampai lunak. Lalu ditumbuk
sampai halus.
Selanjutnya, bumbu-bumbu ditumbuk lalu dimasak dalam wajan.
Setelah itu, tumbukan jantung pisang dimasukkan ke dalam wajan berisi bumbu.
Diaduk-aduk sampai merata, lalu tambahkan gula merah. Jika sudah masak, silakan
diangkat dan segera dicetak di atas tampah. Jadilah dendeng jantung pisang yang
telah dicetak. Dendeng tersebut dijemur selama 2-3 hari hingga kering. Lantas,
digoreng hingga masak, dan akhirnya dikemas dalam kantong plastik.
e. Keripik Bonggol Pisang
Kebutuhan bahan untuk membuat keripik bonggol pisang terdiri
atas bonggol pisang, natrium bisulfit, garam, bawang merah, bawang putih,
minyak goreng, merica, dan air. Sedangkan piranti yang mesti disiapkan adalah
pisau, baskom, wajan, ember, kompor, talenan, dan alat penunjang lainnya.
Cara membuatnya, ambil bonggol pisang, lalu kupas kulit
luarnya, dan dicuci dengan air bersih. Bonggol diiris menjadi irisan-irisan
tipis sekitar 0,5 cm. Irisan bonggol direndam dalam larutan natrium bisulfit
satu persen selama 2-3 menit (Pedomannya: 1 gram natrium bisulfit dicairkan ke
dalam 1 liter air). Setelah direndam, irisan bonggol ditiriskan.
Selanjutnya, bumbu-bumbu ditumbuk sampai halus, lalu
dimasukkan ke dalam baskom dan tambahkan sedikit air. Rendam irisan bonggol
dalam baskom yang berisi bumbu, lalu diaduk sampai rata, dan biarkan sekitar
5-10 menit agar bumbunya meresap.
Irisan bonggol yang telah dibumbui itu digoreng, sambil
dibolak-balik hingga kematangan merata. Angkat dan tiriskan. Akhirnya, jadilah
keripik bonggol pisang yang dikemas dalam kantong plastik.
f. Batang Pisang Sebagai Bahan Dasar Kertas Daur Ulang
Batang pisang juga dapat di olah menjadi kertas, yaitu
setelah mengalami proses pengeringan dan pengolahan lebih lanjut. proses
pembuatan kertas dari bahan batang pisang pertama-tama yang harus dilakukan
adalah, batang pisang tadi dipotong kecil-kecil dengan ukuran berkisar 25 cm,
lalu di jemur di bawah terik matahari hingga kering. Setelah batang pisang tadi
kering proses berikutnya adalah dengan cara direbus sampai menjadi lunak, namun
pada saat proses perebusan sebaiknya di tambah dengan formalin atau kostik soda
maksudnya adalah di samping untuk mempercepat proses pelunaan juga untuk
menghilangkan getah-getah yang masih menempel pada batang pisang tadi, pada
proses berikutnya batang pisang yang sudah lunak tadi disaring dan dibersihkan
dari zat-zat kimia tadi baru kemudian di buat bubur ( pulp) dengan cara di
blender. Baru kemudian dicetak menjadi lembaran-lembaran kertas.
Reduce
a. Kulit Pisang Menyimpan Tegangan Listrik
Siapa yang menyangka kulit pisang bisa dijadikan pengganti
batu batterai. Cara pembuatannya pertama kulit pisang dan jeruk di buat jus,
apabila tidak ada alat jus atau blender maka cukup dihancurkan atau di aduk
hingga halus kemudian dicampur dengan air secukupnya. Setelah itu di buat sel
elektrokimia dengan mengambil gelas kimia lalu larutan jus tadi ditaruh didalam
gelas tersebut. Kemudian dibuat elektroda-elektroda yang terbuat dari Cu dan
Zn. Tembaga dan seng disambung dengan kabel kemudian dibantu dengan tutup dari
gabus dibuat variasi biar kelihatan menarik.
Satu sel adalah satu wadah atau satu gelas kimia yang berisi
2 elektroda dan 1 tutup. Kita ukur V dan I nya, V= Voltase, I= Amper setelah
itu di aplikasikan atau dihubungkan kabel tersebut dengan benda percobaan.
Aplikasi yang paling sederhana dan mudah diamati adalah kalkulator dan jam
digital, begitu disambungkan ternyata kalkulator dan jam tersebut bisa hidup
normal seperti dihubungkan pakai batu batterai
Dibandingkan dengan membeli batu batere, dengan menggunakan
limbah kulit pisang sebagai pengganti batu batere akan mengurangi limbah dari
pisang selain itu akan meningkatkan nilai jual dari kulit pisang itu sendiri
dan akan mengurangi penggunaan batu batere yang kurang ramahh lingkungan
b. Daun pisang sebagai pembungkus makanan
Daun pisang digunakan untuk membungkus makanan karena dengan
membungkus makanan dengan menggunakan daun pisang akan menambah cita rasa dalam
makanan tersebut contoh bahan makanan yang sering menggunakan daun pisang
sebagai pembungkus adalah tempe. Selain itu daun pisang juga oleh masyarakan
(sekitar tahun 1945) biasa digunakan untuk membungkus rokok
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan daun
pisang sebagai pembungkus makanan akan mengurangi penggunaan plastic yang tidak
ramah lingkungan karena yang sudah kita ketahui bahwa plastic tidak bisa
terurai dan akan berdampak pada pemanasan global.
c. Kulit pisang untuk semir sepatu
Bagian dalam dari kulit pisang mengandung potassium yang
merupakan bahan penting yang terdapat dalam semir sepatu yang ada di pasaran.
Setelah menggunakan kulit pisang untuk menyemir sepatu, bersihkan sisa kulit
buah yang mengandung vitamin C, B komplek dan B6 itu dengan menggunakan lap
berbahan halus. Kandungan minyak yang terdapat dalam pisang akan melembutkan
serta mengawetkan kulit sepatu
Dengan menggunakan kulit pisang kita dapat mengurangi
pemakaian semir sepatu yang bahannya tidak alami yang lama kelamaan akan
mengurangi kualitas dari sepatu itu dan selain itu dengan mengguanakan kulit
pisang kita bisa mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli semir
sepatu.
Dengan memanfaatkan limbah pisang sebagai bahan-bahan yang
akan meningkatkan nilai tambah dari limbah tersebut maka kita juga akan
mengefisienkan biaya dan energy. Contoh dari pengefisienan biaya adalah dengan
menggunakan kulit pisang sebagai semir sepatu. Dengan menggunakan kulit pisang
sebagai pemnggati dari semir sepatu kita bisa mengurangi biaya yang harus
dikeluarkan untuk membeli semir sepatu, dengan membeli pisang kita bisa
mendapatkan dua keuntungan yaitu buah pisang yang mengandung banyak vitamin dan
kulit pisang yang bisa dibuat semir sepatu. Sedangkan contoh untuk
pengefisienan energy adalah dengan menggunakan daun pisang sebagai pembungkus
makanan, dengan menggunakan daun pisang kita bisa menghemat energy yang keluar
dari plastic yang sering digunakan karena dengan menggunakan plastic sebagai
pembungkus makanan akan mengakibatkan pemanasan global.
Dengan memanfaatkan limbah pisang sebagai produk baru maka
akan meningkatkan nilai tambah dari limbah tersebut. Dan akan meningkatkan
nilai jual dari limbah yang tadinya tidak berguna jadi berguna.
Rina Rosdiana
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment
Please Coment...
Tidak ada unsur pornografi dan unsur Sara...